Selasa, 11 Juli 2017

Pernikahan yang utuh



Pembelajaran hampir mendekati akhir tahun ini sungguh membawa perbedaan dan perubahan dari sudut pandangku, menambah sesuatu pengetahuan yang tak pernah disangka, dan pada akhirnya membawa satu keteguhan iman dalam sudut pandang tentang pernikahan.
Beberapa hari lalu saya dibuat ‘tak nyaman’ dengan kisah teman kerja yang sudah kuanggap kakak perempuan buatku, dia bercerita tentang suaminya dan itu menegaskan kembali bahwa suaminya jatuh dalam dosa perselingkuhan untuk kedua kalinya dengan perempuan yang sama.
Di tempat kerja saya, begitu akrab dengan perselingkuhan dan perceraian, ada beberapa teman kami yang tersandung dalam persoalan ini dan ini bukan hanya menjadi masalah satu-satunya bahkan ini sudah menjadi hal yang umum di komunitas masyarakat saya berada saat ini.
Kembali kepada topik, kita semua yah saya rasa pada umumnya tidak menginginkan masalah dalam pernikahan, walaupun saya sampai pada tulisan ini belum menikah, tetapi saya tidak ingin ada kegagalan dalam pernikahan. Masalah perselingkuhan menjadi momok yang paling menakutkan karena menyebabkan perceraian.  Apakah setiap perselingkuhan harus berakhir dengan perceraian?
Firman Tuhan menegaskan dengan sangat jelas tentang hal ini bahwa “Tuhan membenci perceraian”. Perceraian terjadi karena ketegaran hati manusia. Pada saat Musa membuat satu2nya peraturan yang mengizinkan perceraian dalam matius 19:8-9, karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu (suami) menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: “barangsiapa menceraikan isterinya (kecuali karena zinah), lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.
Matius 19:8-9 versi BIS : tetapi Aku berkata kepadamu bahwa setiap suami yang menceraikan isterinya supaya dia bisa kawin dengan perempuan lain, di mata Allah dia berzina. Satu –satunya alasan seorang suami boleh menceraikan istrinya adalah kalau istrinya itu sudah berzina.
Dan saya pun berpikir, jika yang terjadi ialah sebaliknya, suami yang berzina. Apa yang harus dilakukan seorang istri?
Saya harus memulai hal ini dengan kesaksian hidup dari mama teman pemuda di gereja. Ibu kekasih ini berkata, bahwa tahun 2015 ini perkawinannya memasuki usia ke-28 tahun. ia tinggal bersama sang suami 13 tahun lamanya dan telah berpisah selama kurang lebih 15 tahun. Apakah bisa dibayangkan, setia pada janji pernikahan selama 28 tahun dengan ditinggalkan pasangan hidup selama 15 tahun. Siapa yang bisa bertahan? Yah…mama teman saya ini sampai hari ini bisa bertahan dan tidak pernah berniat untuk menceraikan suaminya.
Ia dengan sabar dan rela menjalani hari-hari hidupnya, membesarkan dan menyekolahkan anak semata wayang sampai anak ini bisa meraih gelar sarjana. Ia menjalani hari-hari yang terhimpit dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil, ia bahkan harus melalui tekanan berupa teror dari perempuan selingkuhan suaminya. Ia diperhadapkan dengan kebutuhan hidup, keamanan dan kebutuhannya akan seks. Apakah selama 15 tahun, dia tidak merindukan dekapan dan rasa aman dari suaminya? Tidak mungkin. Dia pasti sangat membutuhkannya. Bagaimana ia melewati semua itu dengan tetap murni? Hampir mustahil, tetapi ia bisa dan masih melewatinya.
Ketika orang-orang mempertanyakan, kenapa lagi harus bertahan? Sudah sangat lama, kenapa tidak mencari sandaran baru? Kenapa tidak bercerai saja dan menikah lagi, supaya memperoleh perlindungan lagi? Pernyataannya akan mengugah setiap yang mendengar dan mungkin ini  menjadi kebodohan di masa ini. Ia seorang wanita Kristen yang taat. Ia tetap taat demi mempertahankan perintah Tuhan yang dipercaya dan disembahnya. Dia membutuhkan semua itu dan Dia percaya bahwa Tuhan yang disembah dan dipercayanya tidak pernah meninggalkan dan memelihara hidupnya untuk selamanya. Dia tetap percaya kebaikan Tuhan akan membawa dia terus untuk mendekap masa depan. Dia tidak pernah tahu apa yang nanti terjadi, tapi satu-satunya fakta yang membuat ia tetap kuat, bertahan dan berpengharapan karena sudah teruji bahwa Allah yang disembahnya adalah Tuhan yang setia dan memelihara ia dan anaknya sampai saat ini dan bahkan untuk seterusnya.
Dan satu lagi, ia tetap memberikan perhatian dan kasih kepada suaminya, ketika ia harus bertemu dengan suaminya di kantor suaminya karena arisan atau urusan yang masih berhubungan, ia tetap selalu dan tidak lupa menyapa suaminya dengan kasih bukan amarah dan acuh tak acuh. Kasih yang hampir mustahil diberikan, tetapi dengan pasti kasih tanpa syarat terus mengalir dari perbendaharaan hatinya yang begitu murni.
Ketika saya melihat hidupnya, sang ibu itu tetap memiliki semangat hidup dan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya ialah kebahagiaan sejati yang tidak dapat diberi oleh dunia, hanya Tuhan yang sanggup memberi kebahagiaan sedalam itu untuknya. Pilihan hidupnya begitu sulit, ia rela hidup setengah mati demi iman dan pengharapan kepada Tuhan, ia benar-benar telah memenuhi janjinya di hadapan Tuhan dan manusia, ia akan menyelesaikan sampai akhir.
Kembali pada pertanyaan saya di awal, jika yang terjadi ialah sebaliknya, suami yang berzina. Apa yang harus dilakukan seorang istri?
Perceraian tidak pernah ada dalam kamus penciptaan Tuhan. Ia begitu membenci hal itu. Jika keputusan terpenting dan pertama dalam hidup ini ialah memutuskan siapa Tuhan yang disembah, dan Kristus adalah Tuhannya maka perceraian tidaklah harus terjadi. Dulu bahkan saat ini pun masih tersisa sedikit ketakutan, saya takut menikah, saya takut jika saya harus menghadapi perselingkuhan. Tetapi, itu berada di sekeliling pernikahan orang-orang dekat bahkan yang saya kasihi. Saya secara pribadi juga harus mengakui saya pernah merasakan hal ini dari pernikahan orangtuaku, walau tidak sampai ketahuan atau berkembang. Tetapi saya tahu, papa saya pernah. Saya begitu tahu, sangat hancur karena papa adalah kebangganku dan beliaulah panutanku, selama ini ku tahu dia adalah figure bagiku dan mama. Mungkin pernah ada wanita yang menggodanya, tetapi saya tidak tahu saat ini seperti apa, hanya lewat begitu saja. Saya menemukan hal itu dari sms, dan saya tidak pernah berniat lagi untuk mencari tahu. Yang saya tahu, saya harus mendoakan hal ini lagi agar papa saya bisa sungguh-sungguh bertobat dan minta ampun pada Tuhan.
Saya tidak pernah membayangkan jika saya ada di posisi ini, tetapi saya tidak takut lagi akan hal ini. Semua kita ialah manusia berdosa, semua kita mendapat kesempatan kedua yaitu Anugerah hidup kekal di dalam Kristus. Saya tidak akan menyia-nyiakan anugerah ini seumur hidupku. Saya tahu apa yang harus saya lakukan, dan sungguh-sungguh hidup di dalam panggilan Tuhan dan bertobat setiap hari. Saya berdoa jika Tuhan memanggil saya dalam sebuah pernikahan, pimpin saya pada seorang pria yang mengasihi Tuhan dan sungguh-sungguh hidup di dalam panggilan Tuhan juga. Saya mengimani, ketika 2 menjadi 1 dan hidup sungguh-sungguh takut akan Tuhan dalam pertobatan setiap hari, Tuhan akan memimpin untuk melahirkan keturunan – keturunan ilahi bagi kemuliaan Tuhan, to God be the glory… Soli Deo Gloria.
Pernikahan dalam Kristus artinya persekutuan dalam Kristus. Suami, isteri dan Tuhan mengambarkan hubungan Trinitas Allah, ketritunggalan Allah Bapa, Anak Yesus Kristus dan Roh Kudus. Persekutuan di Bumi seperti di Sorga demi KemuliaanNya Tuhan Allah pencipta yang Mahatinggi. Persekutuan suami, isteri dan Tuhan, mewakili peran-peran tritunggal, Allah sebagai Allah pencipta, suami yang mewakili Kristus penuh cinta kasih dan rela berkorban, isteri yang mewakili Roh Kudus, lemah lembut, penghibur dan penolong. Kesatuan persekutuan ini akan membuahkan keturunan-keturunan ilahi yang menyembah dan memuliakan Allah untuk selama-lamanya. Inilah pernikahan Kristen, pernikahan, persekutuan dan persatuan dalam Kristus.
Apakah Allah pencipta yang menciptakan pernikahan atau persekutuan itu sendiri, menghendaki perceraian/perpisahan?? Tidak pernah mungkin dan sungguhlah mustahil. Maka Dia berfirman, apa yang dipersatukannya tidak boleh diceraikan, dipisahkan bahkan kehendakNya apalagi hanya karena ketegaran dan ketidakpuasan manusiawi. Kita harus sungguh-sungguh bertobat dan kembali kepada firmanNya.
Soli Deo Gloria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar