Senin, 15 April 2013

Jessica



Malam ini saya menghadiri wedding party seorang anggota jemaat di gereja lokalku sekaligus juga tetangga. Ada sebalik cerita sedih dibalik pernikahan ini. Pengantin perempuan ini yang sangat menarik perhatian banyak orang karena sosok dan kecantikannya bagai pinang dibelah dua dengan almarhum mamanya. Mama dari jessica, sang pengantin perempuan ini adalah seorang guru agama yang sangat baik, atraktif, penuh semangat, ceria dan sangat cantik. Sosok mamanya begitu membekas dan dikenang banyak orang di kompleks perumahan dan di gereja lokalku. Mamanya dipanggil pulang dengan kanker payudara stadium 4, ketika jessica masih di bangku smp. Sungguh kehilangan yang besar bagi kami anggota jemaat amat terlebih bagi jessica dan keluarga besar.

Singkat cerita, di usia ke 19 tahun dan belum menamatkan kuliah. Jessica mengambil keputusan besar atas hidupnya, dia menikah. Berita sukacita ini disambut baik buat keluarga besar jessica, tetapi tidak cukup membawa kabar baik buat 200 orang papa ani dan mama ani. Bahkan ada papa dan mama ani ( mereka ini boleh dibilang wali jessica ) sampai menangis, marah, kecewa dan tidak mau menghadiri pemberkatan dan pesta nikah jessica karena merasa ‘gagal’ sebagai orangtua wali terdekat dan yang memegang amanat/pesan terakhir dari almarhum mama jessica.

Sungguh saya terpaku mendengar di balik ‘peristiwa’, jessica...oh jessica... saya pun sebenarnya menyesali dengan begitu cepatnya jessica kawin, kawin di usia muda sebagai pelarian dari masa mudanya yang haus akan kasih sayang. Ada 2 hal yang sangat menarik perhatianku dibalik kisah jessica. Pertama, kemiripan wajah mamanya disetiap senyum, tawa dan pandangan jessica. Kami seolah-olah melihat kembali sosok almarhum. Seolah-olah hidup kembali dalam diri jessica. Senyumnya dan keramahannya. Jessica sangat beruntung mewarisi 99% gen dari mamanya. Kedua, kisah sedih dari orangtua wali jessica.

Sementara saya mengikuti acara demi acara, saya mendengarkan lagu dari ponsel. Tiba-tiba saja saya merasa harus mengungkapkan iman saya kepada Tuhan soal penantian akan pasangan hidup. Saya bilang seperti ini dalam hati TUHAN SAYA PERCAYA, SUAMI SAYA ADALAH SEORANG YANG PENUH TANGGUNG JAWAB DAN SANGAT MENCINTAI SAYA. CINTANYA KEPADA SAYA SEPERTI CINTA TUHAN YESUS KEPADA GEREJANYA.
MESKIPUN DI SEKITAR SAYA BERSELIWERAN PRIA-PRIA POTENSIAL DAN GAGAH, NAMUN SAYA MAU MENUNGGU DIA KARENA DIALAH SATU-SATUNYA PRIA YANG TUHAN TELAH BERKATI UNTUK AKU. SAYA PERCAYA DAN MENARUH JAMINAN ATAS PERNIKAHAN SAYA SEPENUHNYA DALAM KENDALI TUHAN SAJA. AMIN
Saya merasa bahagia dan sukacita dengan komitmen iman ini, walau saya belum melihat namun saya telah menaruh kepercayaan penuh dalam jaminan Tuhan atas segala sesuatu dalam hidupku. Dan itu rasanya sangat damai dan sukacita. Saya merasa sangat diberkati dengan kepercayaanku pada Tuhan.

Saya simpati pada jessica...namun 1 hal yang saya sadari bahwa yang bisa membuka pintu berkat dalam hidup kita hanyalah diri kita sendiri. Sumber berkat adalah Tuhan, tetapi Tuhan tidak ‘menyuap’ berkat itu langsung di mulut kita. Setiap pilihan yang kita ambil hari ini menentukan jalan-jalan hidup kita ke depan. Waktu tidak bisa diputar kembali.
Pilihan kitalah untuk melawan arus atau dibawa arus kehidupan.
Pilihan kitalah untuk bangkit dari kepahitan/kemalangan atau tidur dalam kumbangan kesedihan dan kepahitan.
Pilihan kitalah untuk bayar harga dengan hidup sungguh-sungguh taat/takut pada kekuasaan Tuhan atau menikmati setiap tawaran dunia dan hidup penuh kebebasan tanpa kekang.
Semua bergantung pada pilihan kita hari ini teman...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar